SAGULING SEBAGAI IKON
Waduk
Saguling merupakan salah satu waduk buatan yang membendung aliran Sungai
Citarum, selain Waduk Jatiluhur dan Cirata. Waduk Saguling terletak di
Kabupaten Bandung Barat, dan berada di posisi teratas, yang berarti merupakan pintu
pertama bagi aliran Sungai Citarum. Awalnya bendungan ini hanya direncanakan
sebagai penghasil energi listrik. Namun, fungsi bendungan semakin berkembang
seperti untuk perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, bahkan untuk kebutuhan
domestik seperti MCK.
Pembangunan
Waduk Saguling tak bisa dipisahkan dari adanya gagasan besar seorang insinyur
berkebangsaan Belanda, Prof. Ir. W.J. van Blommestein. Ia memiliki ide besar,
ingin mengintegrasikan seluruh saluran pengairan di Jawa Barat mulai dari
Ciujung, Banten (di ujung barat), hingga Sungai Rambut di perbatasan Jawa Barat
dengan Pekalongan, Jawa Tengah.
Kala
itu, Blommestein melakukan pengumpulan data di Citarum sejak dekade 1920-an.
Pada 1948, muncul makalah Blommestein dengan gagasan awal adanya pembangunan
Bendungan Jatiluhur yang dianggap paling mendesak untuk irigasi dan penyedia
air baku. Blommestein lalu merencanakan waduk tambahan seiring pertumbuhan
penduduk. Salah satunya adalah Waduk Saguling, yang semula direncanakan diberi
nama Tarum.
Saguling
mulai dibangun pada Agustus 1981, dan menghabiskan dana sebesar 662.968.000
dollar AS. Biaya tersebut termasuk biaya pembebasan lahan yang menenggelamkan
49 desa, yang didominasi lahan pertanian. Sebanyak 12.489 kepala keluarga
terpaksa pindah dari desanya, dan sebagian ada yang ditransmigrasikan.
Pembangunan Saguling menghabiskan waktu yang cukup lama hingga dapat
dioperasikan pada 1985, dan baru diresmikan pada 1986 oleh mantan Presiden RI,
Soeharto. Waduk ini kemudian dikelola PT Perusahaan Listrik Negara, untuk
memasok listrik kawasan Jawa-Madura-Bali.
Struktur
bangunan Waduk Saguling terbuat dari urukan batu dengan inti kedap air. Hal ini
dilakukan untuk efisiensi dana dengan memanfaatkan potensi batu dari Gunung
Karang yang ada di sekitar Saguling. Waduk Saguling pun dibuat dengan
ketinggian muka air maksimum 643 meter sehingga bisa menampung 875 juta meter
kubik air. Saguling dipasangi empat turbin pembangkit listrik masing-masing
berkapasitas 175,18 MW yang akan menghasilkan 700-720 kilowatts per jam.
Saguling
yang berada di posisi teratas secara otomatis menjadi penerima awal gelontoran
air dari Citarum Hulu, termasuk segala sedimentasi yang dibawa. Masalah
sedimentasi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa tahun terakhir ini.
Saguling
yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara banyak sumber air
yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah industri, maupun rumah
tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu.
Saguling yang diperkirakan memiliki masa hidup 59 tahun, akan terus berkurang
“usianya”, jika keadaan seperti ini tak cepat diatasi. ( Abdul Kholiq ).
No comments